sumpah palapa. gadjah mada. gentleman!!!

on Jumat, 05 Februari 2010
Untuk mewujudkan keinginanku atas Majapahit yang besar, aku bersumpah akan menjauhi hamukti wiwaha sebelum cita-citaku dan cita-cita kita bersama itu terwujud. Aku tidak akan bersenang-senang dahulu. Aku akan tetap berprihatin dalam puasa tanpa ujung semata-mata demi kebesaran Majapahit. Aku bersumpah untuk tidak beristirahat. Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, sama ingsun amukti palapa.
Mengerikan betul sumpah yang diucapkan Gajah Mada di depan Bale Manguntur ketika dilakukan pelantikannya menjadi Sang Mahapatih Majapahit mendampingi Sri Gitarja Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani dan Dyah Wiyat Rajadewi Maharajasa. Sumpah ini kemudian terkenal dengan Sumpah Palapa. Bagaimana tidak, negarawan sejati ini bersumpah tidak akan bersenang-senang dalam puasa tanpa ujung sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kebesaran Majapahit.
Membaca biografinya yang ditulis dalam bentuk novel sejarah oleh Langit Kresna Hadi (Gajah Mada: Hamukti Palapa, Solo: Tiga Serangkai), terbayang di benak saya figur seorang Gajah Mada yang baginya kepentingan negara ditempatkan diatas kepentingan pribadi dan kelompok. Ia rela membunuh bibit-bibit yang bisa mengacaukan langgengnya pemerintahan kelak. Bahkan kalau perlu, ia bisa mencabut nyawanya sendiri demi kepentingan negara. Saya menduga, kasus Perang Bubat diujung kejayaan Majapahit yang merenggangkan hubungannya dengan Prabu Brawijaya juga didasari oleh kepentingan negara tersebut.
Satu pertanyaan penting di benak saya ketika menyusuri figur Gajah Mada. Apa yang menyebabkan Gajah Mada mampu mengemban sumpahnya? Konsep dan prinsip hidup seperti apa yang mendasari Gajah Mada bersumpah seperti itu? Mungkin salah satu sebabnya bisa dipetik dari konsep anehnya mengenai Wanita. Berikut kutipan dialog antara Gajah Mada dengan Mahapatih Arya Tadah tentang isteri. Meskipun ini hanya rekaan fiksi, tetapi tentunya Pak Langit telah melakukan riset sehingga konsep Gajah Mada tentang wanita sangat masuk akal dengan sumpah palapa-nya.
“Perempuan adalah sumber kelemahan bagiku, Paman! Yang jika aku layani, akan menjadi penghambat semua gerak langkahku. Ke depan, aku tak ingin terganggu oleh hal sekecil apapun. Padahal, ke depan, Majapahit membutuhkan para lelaki perkasa, membutuhkan laki-laki yang tangguh, tidak takut darah tumpah dari tubuhnya, dibutuhkan laki-laki pilih tanding yang berani berkorban dan tidak terikat oleh waktu”. Bagaimana seorang laki-laki bisa bebas dan berani meluaskan wilayah Majapahit, yang untuk keperluan itu mungkin harus dengan pergi bertahun-tahun jika ia terikat oleh seorang isteri, terikat oleh anak atau keluarga. “Bagaimana aku bisa mewujudkan semua impianku itu jika aku terganggu makhluk perempuan bernama isteri, yang merengek merajuk. Isteri atau perempuan bagiku tidak ubahnya rasa lapar dan haus yang harus dilawan.”
Waktu saya membaca paragraf ini saya terhenyak. Saya sangat terkesan dengan prinsip Gajah Mada itu. Dan ketika saya lupa untuk mereview buku ini, kesan ini perlahan mengendap dan diganti oleh lembar-lembar buku yang saya baca berikutnya, sampai saya membaca buku Musashi karangan Eiji Yoshikawa. Musashi, dalam menempuh Jalan Pedang, ternyata memiliki prinsip tentang perempuan yang mirip dengan Gajah Mada

tentang fur elise.... suatu kenangan, cinta, dan tragedi

furelise.jpg
Tidak banyak musik klasik yang menawan hati para pecinta musik awam yang notabene lebih menyukai musik populer. Di antara yang sedikit itu, saya yakin Fur Elise adalah salah satunya. Komposisi ini terkenal berkat nada awalnya yang melegenda, teng tung teng tung teng ting tong teng tung…. Ditulis oleh komponis besar Ludwig van Beethoven yang tuna rungu, Fur Elise adalah komposisi musik yang luar biasa, baik bagi para penikmat maupun pemain.
Detail
Jika anda pernah melihat partitur aslinya, pada partitur itu tertulis Fur Elise, Bagatelle in A minor, WoO 59. Bagatelle, maksudnya pendek dan berprogresi secara tidak terduga. Fur Elise dimulai dengan nada-nada yang lembut, mengalun, melenakan di bagian pertama kemudian terpecah menjadi progresi yang mengejutkan dan tak terduga di bagian kedua dan ketiga.
Bentuk komposisi seperti ini dinamakan rondo. Dalam rondo, tema pertama dimainkan, kemudian tema kedua diperkenalkan dan dikembangkan. Sebelum tema ketiga masuk, komposisi kembali lagi ke tema pertama dan akhirnya diakhiri kembali di tema pertama setelah melalui tema ketiga yang tak terduga.
A minor tentu saja adalah kunci dasar yang dimainkan. Dalam musik modern, tanda kunci (key signature) A minor tidak terlalu dikenal karena nada dasar ini sama saja dengan nada dasar C yang terkenal. A minor adalah bentuk sedih dari tangga nada C mayor.
WoO 59, ini seperti tanda air yang saya tulis dalam setiap karya foto saya. O adalah opus (bahasa Latin) yang kira-kira berarti karya. Masalahnya, Beethoven hanya menomori karyanya hanya untuk karya-karya besar dan penting saja seperti misalnya grand symphonies atau piano sonata. Karya yang lebih kecil seperti Fur Elise ini tidak memiliki nomor opus/karya, sehingga orang memberikan tanda untuk Fur Elise sebagai WoO: tanpa nomor karya.
Siapa Elise Sebenarnya?
Pertanyaan yang sangat menarik tentu saja adalah misteri nama Elise di komposisi ini. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa Elise adalah kekeliruan — seharusnya adalah Fur Therese – karena buruknya tulisan tangan Beethoven. Hal ini didasarkan pada fakta sejarah bahwa pada saat itu ada wanita bernama Therese Malfatti yang merupakan salah satu wanita yang menolak lamaran seorang Ludwig van Beethoven. Hingga masa meninggalnya, Beethoven tidak pernah menikah. Kasih tak sampai.
Andai tulisan itu memang benar Elise, bukan Therese, Elise akan selalu menjadi misteri yang akan menghidupkan imajinasi para penikmat musik klasik.
Saat saya memainkan bagian pertama Fur Elise, saya bisa merasakan lewat jari-jari saya, membayangkan seorang wanita cantik bernama Elisa yang begitu mempesona seorang laki-laki. Mereka berteman baik, kenangan akan masa lalu yang hadir di antara mereka berdua. Hari-hari yang begitu berwarna. Namun tiba-tiba sesuatu datang merusak semuanya, memadamkan sebuah harapan akan cinta yang bersambut. Cinta yang tak berbalas. Hingga cinta itu berakhir dalam sebuah kesedihan.

Not Balok (Dasar)

Dalam pelajaran kali ini adalah tentang notasi balok. Setelah kita belajar tentang not balok maka untuk selanjutnya kita mahir dalam membaca not balok.
Kita telah mengenal A, B, C, D, E, . . .. Z (alphabet)? Nama notasi musik menggunakan alphabet: A B C D E F G. c d e f g a b
Sedangkan tangga nada menurun adalah sebagai berikut:
c b a g f e d

Untuk menuliskan not-not balok sesuai tempatnya serta tinggi rendahnya nada diperlukan garis-garis yang terdiri dari lima garis horisontal dan empat spasi yang disebut Paranada.
paranada
Pada paranada kita meletakkan not-not dan tanda istirahat.
Dipermulaan paranada dalam sebuah lagu selalu kita tempatkan yang namanya “clef” (tanda kunci), Ada dua tanda kunci yang umum dipakai yaitu Treble:treble dan Bass: bass.
Tanda kunci treble dan tanda kunci bass yang digabung bersama, disebut “grand staff”:grand staff

Disetiap buku musik (not balok), akan tertulis not balok pada masing-masing letaknya yang berhubungan dengan tinggi rendah nya nada (Titi Nada) dan Nilai Not seperti panjang atau pendek (Durasi).
TITI NADA:
Tinggi rendah suatu nada dalam lagu yang dihasilkan oleh suara alat musik atau suara manusia.
Nilai Not (Durasi):
Nilai suatu not, apakah not tersebut dimainkan/disuarakan panjang ataukah pendek.

Notasi musik (not balok) bisa dipelajari jika kita ingin mengembangkan permainan piano, gitar atau drum melalui buku pelajaran musik. Jika kita sedang belajar memainkan alat musik atau sedang bermain dalam ensambel musik maka pengetahuan akan not balok sangat diperlukan.
Not balok tidaklah serumit yang dibayangkan. Pelajaran not balok meliputi Titi Nada, Tanda Kunci, Tanda Dynamik, Ritme, Tangga Nada serta Istilah-istilah Musik.
Bila kita bisa memainkan salah satu alat musik, maka itu akan lebih baik lagi karena akan menjadi modal untuk membaca & menulis not balok sehingga benar-benar bisa dipraktekkan dalam memainkan alat musik yang kita gunakan. Tapi bila kita tidak bisa memainkan salah satu alat musik, misalnya Cuma bisa menyanyi, itu juga bisa membantu untuk mempraktekkan menulis & membaca not balok.
Semoga dengan tulisan ini bisa membantu bagi semua orang yang ingin bisa menulis & membaca not balok.

latian nih

Post

Mantap Mantap Mantap




Enlarge this imageReduce this image Click to see fullsize